Ketika seorang guru ditanya evolusi jiwa manusia ratusan tahun terakhir, dengan diam sebentar, menatap mata dalam-dalam kemudian menjawab: ‘dari gelap ke gelap’. Dari ketidakpuasan satu ke ketidakpuasan yang lain. Dari konflik satu ke konflik lain.
Melihat kehidupan bergerak begini, sejumlah orang desa yang polos bertanya, kenapa kemajuan iptek harus seperti ini? Maafkanlah keluguan. Andaikan keluguan ini dijawab dengan data, angka, logika mungkin sinyalemen ‘dari gelap ke gelap’ akan tambah panjang. Angka dilawan angka. Logika mengundang serangan balik logika.
Karena demikian keadaannya, izinkanlah sekali-sekali bukan angka, bukan logika yang bicara. Melainkan sepi-sunyi. Tidak dalam posisi menyebut sepi benar, yang berbeda salah. Sekali lagi tidak. Serupa dengan mulut manusia, gigi wujudnya keras karena tugasnya memotong dan menghancurkan. Lidah bentuknya
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Minggu, 11 November 2012
Sabtu, 10 November 2012
Purnama bukan saja malam terang di mana banyak orang bersembahyang. Tetapi juga membawa pesan simbolik, di mana semua kegelapan malam diterangi cahaya bulan dari langit. Bila boleh jujur, kehidupan berisi banyak kegelapan. Dari kebodohan, kebingungan, kemarahan sampai kebencian. Itu sebabnya, tujuan akhir perjalanan spiritual disebut enlightenment (pencerahan). Ada kata light (cahaya) di tengahnya. Ini serupa dengan warisan spiritual tetua Bali yang mengkaitkan banyak kegiatan spiritual dengan muncul dan lenyapnya cahaya.
Agak berbeda dengan tempat lain umumnya di dunia di mana persembahyangan dilakukan hanya di malam terang, diarahkan untuk tujuan terang, di Bali kita diwarisi tetua bersembahyang baik di malam terang maupun malam gelap. Persembahan (suguhan) tidak saja ditujukan untuk yang atas, tetapi juga untuk yang di bawah. Bila salah menjelaskan,
Agak berbeda dengan tempat lain umumnya di dunia di mana persembahyangan dilakukan hanya di malam terang, diarahkan untuk tujuan terang, di Bali kita diwarisi tetua bersembahyang baik di malam terang maupun malam gelap. Persembahan (suguhan) tidak saja ditujukan untuk yang atas, tetapi juga untuk yang di bawah. Bila salah menjelaskan,
Minggu, 04 November 2012
Paradoks, itulah judul yang diberikan terhadap kecenderungan kekinian dalam kehidupan. John Naisbitt adalah salah satu tokoh yang berkontribusi besar terhadap populernya terminologi paradoks. Fundamental dalam pikiran orang-orang seperti Naisbitt, bila ada kecenderungan yang keluar dari rel akal sehat, dengan mudah masuk ke kotak paradoks. Sebagian dari manusia yang memberi judul paradoks kemudian kecewa, sebagian lagi malah bertumbuh justru karena paradoks. Tulisan ini berharap, mudah-mudahan lebih banyak sahabat yang dibuat bertumbuh oleh paradoks-paradoks berikut. Tidak menjadi niat tulisan ini agar paradoks-paradoks berikut menjadi awal permusuhan dan kecurigaan baru.
Rabu, 31 Oktober 2012
Menyusul perkelahian massal di Bangli bulan Juli 2011 yang menelan nyawa manusia, seorang sahabat bertanya, bagaimana mungkin di tempat sejuk seperti Bangli bisa terjadi peristiwa panas? Seorang murid yang penuh bakti lain lagi, ia mengirim pesan: “Guru, lebih sering pulang, Bali memerlukan lebih banyak kesejukan”.
Mulih
Meminjam cara pandang tetua Bali, tiap kali perisitiwa ekstrim terjadi tetua selalu menoleh ke Pura. Dan sulit untuk tidak menoleh ke Pura Kehen tatkala Bangli dinodai darah manusia lagi. Terutama karena masih terang dalam ingatan di mana seorang wartawan dihabisi nyawanya juga di Bangli. Kebanyakan warga Bangli khususnya dan sebagian krama Bali umumnya tahu, di Pura Kehen yang berumur amat tua ini tetua menyimpan prasasti tua yang mengingatkan orang Bali untuk pulang.
Mulih
Meminjam cara pandang tetua Bali, tiap kali perisitiwa ekstrim terjadi tetua selalu menoleh ke Pura. Dan sulit untuk tidak menoleh ke Pura Kehen tatkala Bangli dinodai darah manusia lagi. Terutama karena masih terang dalam ingatan di mana seorang wartawan dihabisi nyawanya juga di Bangli. Kebanyakan warga Bangli khususnya dan sebagian krama Bali umumnya tahu, di Pura Kehen yang berumur amat tua ini tetua menyimpan prasasti tua yang mengingatkan orang Bali untuk pulang.
Langganan:
Postingan (Atom)